Pendidikan bagi Manusia sebagai Pengada Yang Nestapa

Diskursus - Jurnal Filsafat dan Teologi STF Driyarkara 18 (2):164-191 (2022)
  Copy   BIBTEX

Abstract

In almost every aspect of life, human being always tries to seek happiness. At the same time, we tend to avoid situations which may lead to unhappiness. In fact, there are two undeniable phenomena that negate this tendency, namely, first, happiness has become a commodity that is packaged, advertised, and marketed. Second, despair and other forms of crisis often understood as the antithesis of happiness are actually the existential experiences of every human being. This obsession towards happiness has also infiltrated into education system so that education is understood as some kind of means providing solutions in order to overcome these forms of unhappiness and despair. In disagreement with it, based on Søren Kierkegaard's ideas, especially in Kierkegaard’s work entitled The Sickness unto Death, Peter Roberts argues that education should embrace despair because apart from being inevitable, despair does not always need to be understood as a problem that requires a solution. Education should not try to overcome it. On the contrary, education should work with it so that humans as despair beings are enabled to understand, identify, acknowledge, and discuss it. This idea is an invitation for every person to critically reflect on despair and to rethink the role of education in such crisis circumstances. For this reason, a revitalization of the pedagogical paradigm is necessary, for example by applying political pedagogy through critical discourse analysis methods that do not tend to remain muted in the face of existential despair, as well as injustice and any other social problems occurred structurally. Abstrak Hampir dalam setiap lini kehidupan, manusia senantiasa mencari kebahagiaan dan di saat yang sama menghindar dari situasi yang mengarah pada ketidakbahagiaan. Padahal, ada dua fenomena yang tak terbantahkan dan menegasi kecenderungan tersebut, yaitu pertama, kebahagiaan telah menjadi layaknya komoditas yang diperjualbelikan, dikemas, dan diiklankan. Kedua, kenestapaan dan bentuk-bentuk krisis lainnya yang sering kali dipahami sebagai antitesis dari kebahagiaan itu sebenarnya merupakan pengalaman eksistensial setiap manusia. Tendensi yang obsesif terhadap kebahagiaan itu juga telah merasuk ke dalam bidang pendidikan sehingga pendidikan dipahami sebagai sarana yang dapat memberi solusi agar dapat mengatasi bentuk-bentuk ketidakbahagiaan dan kenestapaan itu. Terhadap perkara di atas, dengan mendasarkan diri pada gagasan Søren Kierkegaard terutama yang dituangkan dalam The Sickness unto Death, Peter Roberts berargumentasi bahwa pendidikan justru seharusnya memeluk kenestapaan itu karena selain tak terelakkan, kenestapaan tidak perlu selalu dipahami sebagai masalah yang membutuhkan solusi. Pendidikan seharusnya tidak mencoba menghindari realitas kenestapaan, tetapi menanggapinya sehingga manusia sebagai pengada yang nestapa dimungkinkan untuk memahami, mengidentifikasi, mengakui, dan membahasakan keadaan krisis itu. Gagasan tersebut merupakan undangan bagi setiap manusia, bukan hanya bagi pelaku pendidikan, untuk secara kritis berefleksi mengenai kenestapaan dan untuk berpikir ulang mengenai kodrat serta peran pendidikan di tengah situasi krisis. Untuk itu, suatu revitalisasi terhadap paradigma pedagogis menjadi perlu, misalnya dengan menerapkan pedagogi politis melalui metode analisis wacana kritis yang tidak cenderung bungkam di hadapan kenestapaan yang eksistensial, maupun di hadapan ketidakadilan dan ketidakberesan sosial yang sering kali terjadi secara struktural.

Links

PhilArchive



    Upload a copy of this work     Papers currently archived: 93,031

External links

Setup an account with your affiliations in order to access resources via your University's proxy server

Through your library

Similar books and articles

Filsafat jiwa ikhwan al-shafa sebagai basis konsep pendidikan.Muhamad Rum - 2021 - Kanz Philosophia a Journal for Islamic Philosophy and Mysticism 7 (1):111-134.
Hakikat Heriditas, Lingkungan, Kebebasan Manusia, Dan Hidayah Tuhan Dalam Pembentukan Kepribadian Manusia.Syaiful Dinata - 2022 - Kanz Philosophia : A Journal for Islamic Philosophy and Mysticism 8 (2):107-130.
Dasar Pengembangan Kurikulum Sekolah.Widodo Winarso - 2015 - Indonesia: CV. Confident.
Diri yang Pra-Deskriptif.Refan Aditya - 2021 - Kanz Philosophia a Journal for Islamic Philosophy and Mysticism 7 (1):1-44.
Fiona Woollard, Doing & Allowing Harm, New York: Oxford University Press, 2015, 239 hlm.Antonius Sudiarja - 2017 - Diskursus - Jurnal Filsafat dan Teologi STF Driyarkara 16 (2):220-226.

Analytics

Added to PP
2023-06-02

Downloads
7 (#1,411,895)

6 months
3 (#1,046,495)

Historical graph of downloads
How can I increase my downloads?

Citations of this work

No citations found.

Add more citations

References found in this work

No references found.

Add more references